Miniatur Muka Bumi (Belajar Kenampakan Permukaan Bumi)

Latar Belakang

Membuat hamparan sawah dan bukit

Membuat hamparan sawah dan bukit

Belajar alam hanya melalui imajinasi atau pembayangan tentu terasa kurang optimal. Guru dapat membawakan foto-foto nyata yang menunjukkan ragam keunikan di alam. Setelah itu, alangkah menyenangkannya apabila siswa turut langsung menyaksikan berbagai bentuk di alam, misalnya bentuk-bentuk permukaan seperti gunung, laut, sungai, dan lain-lain. Akan tetapi tentu tidak semua siswa tinggal di daerah yang memiliki aneka bentuk permukaan atau dapat melihat berbagai keunikan alam ini.

Karenanya, untuk memuaskan keingintahuan siswa sekaligus memancing kreativitas serta melihat pemahaman siswa akan perbandingan ragam bentuk di bumi ini, guru dapat mengajak siswa praktik langsung membuat miniatur permukaan bumi. Guru dan siswa dapat memanfaatkan sumber daya di sekitar sebagai bahan pembentuk miniatur, seperti tanah liat atau tanah becek yang mudah dibentuk.

Sementara bagi sekolah yang tidak mempunyai sumber daya demikian, dapat menggunakan plastisin atau bahan lain yang sesuai. Bahkan guru dapat mengawetkan hasil karya siswa berupa miniatur ini. Berikut contoh metode belajar-mengajar yang bisa membantu siswa untuk lebih memahami alam bumi.

Keterangan

Asik membuat danau. Sangkuriang pun kalah :-).

Asik membuat danau. Sangkuriang pun kalah :-).

Kelas: 3 SD

Mata Pelajaran:

Materi:

Metode: Membuat miniatur permukaan bumi

Alat dan Bahan

  1. Plastisin/tanah liat/tanah becek
  2. Air
  3. Sendok
  4. Plastik
  5. Rumput atau tanaman kecil lain

Langkah-langkah

  1. Siswa diberi penjelasan singkat tentang permukaan bumi
  2. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan diminta membuat berbagai bentuk kenampakan permukaan bumi dari plastisin/tanah liat/tanah becek. Bebaskan siswa untuk membentuk gunung, bukit, lembah, sungai, laut, dan lain-lain.
  3. Selama proses pembuatan, siswa dibimbing dengan cara menanyakan berbagai bentuk yang dibuat siswa dan memancing siswa untuk membuat lebih banyak bentuk yang sesuai. Selain itu siswa juga dipancing untuk mengaitkan antara satu bentuk dengan bentuk lain agar dapat diketahui sejauh mana pemahaman siswa.

Contoh Diskusi Konstruktif

Permukaan bumi kita.

Permukaan bumi kita.

Contoh A

Guru : “Ini bentuk apa?”

Siswa : “Sungai Bu.”

Guru: “Oo… coba diberi air…”

Siswa lalu memberi air. Jika sungainya benar, maka idealnya air akan mengalir, bila tidak mengalir, maka guru dapat memancing siswa dengan bertanya, “Lho kok tidak mengalir ya? Kenapa ya?” Tunggu siswa menemukan jawabannya. Guru terus memancing hingga siswa mengetahui jawabannya.

 

Contoh B

Guru : “Mm… kalau sungai ini mengalir sampai mana ya?”

Siswa: “Sampai laut Bu.”

Guru: “Kalau gitu, di mana ya kira-kira lautnya??”

Contoh B ini menunjukkan keterkaitan antara suatu bentuk dan bentuk lain dari kenampakan alam bumi. Dengan pancingan, siswa akan mengembangkan daya pikir mereka.

Evaluasi dan Penilaian

  1. Setelah semua pekerjaan selesai, siswa diminta mempresentasikan hasil karya mereka dan dorong siswa lain untuk bertanya.
  2. Guru menilai karya terbaik (dinilai dari proses dan daya analisis mereka) sebagai bentuk penghargaan.
  3. Guru memberikan evaluasi, termasuk menambahkan bentuk-bentuk yang barangkali tidak dibuat oleh siswa namun penting untuk diketahui siswa. Guru dapat langsung membuat contoh dengan menambahkan bentuk lain pada karya siswa tersebut. Misalnya bentuk teluk seperti apa dan ada di mana, lembah ada di antara apa, dan lain-lain.
  4. Guru menjelaskan kembali mengenai permukaan bumi dengan mengambil contoh bentuk-bentuk yang telah dibuat siswa. Hal ini akan memudahkan siswa untuk mengingat, sebab mereka belajar dengan praktik.

Hasil Belajar

Ini miniatur muka bumi kami :-)

Ini miniatur muka bumi kami :-)

Metode praktik mampu membuat siswa lebih aktif dan . Pengalaman ketika saya mengajar dengan cara ini dapat memancing siswa-siswa yang biasanya diam saja di kelas menjadi lebih aktif mengaplikasikan gagasan-gagasan mereka.

Ada sebagian siswa yang pada saat diajar dengan sistem ceramah saja, ia bingung membedakan gunung, bukit, dan lembah. Akan tetapi ketika praktik dengan bimbingan guru, siswa tersebut memahami dan dapat menjelaskan perbedaan berbagai bentuk kenampakan permukaan bumi.

Siswa-siswa juga mengungkapkan kreativitas mereka melalui variasi dan penggabungan bentuk kenampakan bumi, seperti pulau yang dikelilingi sungai, gunung di tengah danau, kebun sayur serta buah-buahan di dataran tinggi, dan lain-lain.

Siswa juga dapat mengaitkan antara satu bentuk dengan bentuk lain, seperti sungai yang berakhir di laut, perbukitan yang pada umumnya memiliki puncak gunung, dan sebagainya. Pengalaman ini semakin menguatkan teori umum yang mengatakan:

Saya mendengar, saya tahu

Saya melihat, saya ingat

Saya melakukan, saya paham

Revisions

No comments yet.

Leave a Reply