Guru Les Baca: Menggerakkan Anak untuk Belajar Berbagi

1. ABSTRAKSI

Ada 18 orang peserta didik kelas 1 dan 2 di SDN 018 Tanah Grogot yang belum fasih membaca dan menulis. Hal tersebut mengakibatkan proses pembelajaran berlangsung tidak efektif. Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk mengadakan les membaca dengan mengajak para peserta didik di kelas yang lebih tinggi dan sudah fasih membaca untuk mengajar adik-adik kelasnya membaca. Agar efektif, satu orang “guru les” membaca akan mengajar satu orang adik bimbingannya. Walaupun tanpa bayaran, penulis memberikan atribut tanda pengenal “guru les” kepada kakak pembimbing yang dikenakan setiap kali les membaca diadakan.

2. LATAR BELAKANG

2.1. Kondisi Kelas

Mendidik adalah kewajiban setiap orang yang terdidik.

Penulis menggagas kegiatan les membaca ini karena ada 18 orang peserta didik kelas 1 dan 2 yang belum lancar membaca dan menulis, sehingga dewan guru mempertimbangkan untuk menunda kenaikan kelas mereka bila mereka tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam kemampuan membaca dan menulis. Pada awalnya, penulis mencoba mengumpulkan para peserta didik ini dan berusaha memberikan les tambahan. Namun, di tengah jalan penulis mengalami kesulitan, karena kemampuan masing-masing peserta didik ternyata berbeda. Ada beberapa yang sudah mampu mengeja namun belum lancar, sedangkan beberapa lainnya belum kenal huruf sama sekali.

 2.2 Latar Belakang Penerapan Metode

Melihat situasi ruang kelas yang semakin tidak kondusif dan menyebabkan proses belajar tidak efektif, maka penulis berinisiatif untuk mencontoh Gerakan Indonesia Mengajar dalam skala yang lebih kecil. Berbekal keyakinan bahwa setiap orang bisa mengajar, maka penulis mengajak peserta didik di kelas yang lebih tinggi dan sudah lancar membaca dan menulis untuk mengajar adik-adik kelasnya yang belum lancar membaca dan menulis.

2.3. Tujuan Penggunaan Metode

Penerapan metode berbagi ini diharapkan dapat membantu peserta didik agar mampu menulis dan membaca. Selain itu, dengan metode ini, mereka juga belajar untuk berbagi, sehingga nantinya dalam kehidupan sosial, mereka juga terbiasa berbagi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya.

3. PENJELASAN MATERI

Membaca merupakan keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi kalimat bermakna. Pengenalan dan pemahaman tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi kalimat bermakna ini sulit bagi siswa SD terutama yang sama sekali belum bisa membaca. Pada kasus yang dijumpai oleh penulis, memberikan 1 orang guru les baca untuk 1 orang anak bimbingan adalah hal yang dirasa paling efektif karena dua pertimbangan. Pertama, kemampuan masing-masing anak dalam mengenal huruf berbeda satu sama lain, sehingga sulit mengajar membaca secara bersama-sama di kelas. Kedua, penulis “dikejar target” untuk menyelamatkan beberapa anak murid yang terancam tidak dapat naik kelas jika mereka masih tidak bisa membaca dan menulis. Melibatkan sebanyak-banyaknya guru les baca kecil, yang tak lain adalah anak murid yang duduk di kelas yang lebih tinggi, adalah jalan keluar yang paling realistis untuk menjawab dua pertimbangan di atas.

Para "guru les baca" melatih adik-adik bimbingannya

4. METODE

Langkah pembelajaran yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

  • Menyusun daftar nama siswa kelas 1 dan 2 yang membutuhkan bimbingan untuk membaca dan menulis.
  • Membuka “lowongan” bagi siswa kelas 4 dan 5 yang bersedia menjadi “guru” untuk membantu mengajar adik-adik mereka di kelas 1 dan 2. Metode bimbingan ini, dirancang dengan konsep satu orang adik kelas dilatih oleh satu orang kakak pembimbing. Kakak pembimbing ini direkrut secara sukarela namun tetap dengan persyaratan kemampuan yang memadai, di antaranya:
    1. Lancar membaca. Penulis mengadakan terlebih dahulu seleksi membaca untuk menentukan siapa yang dapat menjadi kakak pembimbing.
    2. Bersedia meluangkan waktu seminggu sekali untuk melatih adik bimbingannya membaca secara terus-menerus sampai lancar membaca.
  • Memberikan kepada para kakak pembimbing yang terpilih kartu identitas “GURU LES BACA” dan memasangkan mereka dengan adik kelasnya.
  • Kegiatan bimbingan ini dilakukan dalam satu kelas secara bersama-sama. Kakak pembimbing duduk bersama dengan adik bimbingannya untuk berlatih membaca. Sebagai pendamping, penulis juga hadir di kelas untuk memberikan masukan kepada kakak-kakak pembimbing, misalnya dari mana mereka harus mulai melatih adik yang dibimbingnya. Dengan metode ini, setiap peserta didik yang dibimbing mendapatkan bimbingan sesuai dengan target yang ingin dicapai. Jika sudah bisa membaca, maka akan dilatih supaya lebih lancar lagi. Jika sama sekali belum mengenal huruf, maka kakak bimbingan harus memperkenalkan terlebih dahulu huruf alfabet kepada adik yang dibimbingnya.

5. PELAJARAN YANG DIDAPAT

5.1. Pembelajaran yang diambil

Dengan menerapkan metode ini penulis berhasil mengurangi jumlah peserta didik yang belum lancar membaca, dari 18 orang yang belum lancar membaca menjadi 12 orang dalam jangka waktu kurang lebih 6 bulan. Dua belas murid les baca yang tersisa pun mulai bisa mengeja atau setidaknya kenal huruf-huruf abjad. Proses pembelajaran menjadi lebih efektif, karena tiap anak dilatih oleh satu orang mentor secara khusus. Kegiatan les baca ini juga mampu “menyelamatkan” beberapa siswa yang tadinya terancam tidak naik kelas karena alasan belum bisa baca-tulis.

Penulis juga berhasil menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk melatih adik bimbingannya lancar baca-tulis. Anak murid yang menjadi guru les baca pun belajar untuk menghargai guru dengan merasakan sendiri beratnya tanggung jawab untuk mengajar seorang murid.

5.2. Kesimpulan

Kegiatan les membaca ini tidak hanya berhasil mengurangi jumlah peserta didik di SDN 018 Tanah Grogot yang belum bisa baca-tulis, namun juga melatih kepedulian dan semangat berbagi kakak kelas kepada adik-adiknya.

Revisions

One Response to “Guru Les Baca: Menggerakkan Anak untuk Belajar Berbagi”

  1. Lesprivatinsan.com 19 February 2016 at 20:22 #

    Inspiratif. Bahkan anak SD kelas 4 sudah bisa menjadi guru les.
    Semangat mengajar bagi si kakak kelas juga akan membuatnya lebih percaya diri dan memudahkannya untuk menyerap semua ilmu yg dipelajarinya nantinya. Metode ini juga melatih communication skill anak sejak usia dini.

Leave a Reply