Desa Miniku : Belajar tentang Lingkungan dengan Miniatur

 

  IMG_3424  IMG_3431

  1. Abstraksi

Desa Miniku merupakan metode mengajar kreatif yang bertujuan memudahkan siswa dalam memahami konsep ruang. Dengan berkreasi menciptakan miniatur rumah masing-masing dan bersama teman satu kelas menciptakan tempat tinggalnya, siswa-siswi dapat dengan mudah mempelajari arah mata angin dan konsep dasar pembuatan peta.

     2. Latar Belakang

2.1. Kondisi Kelas

Sebagian besar siswa-siswi di SD GMIT Oeulu (Rote Timur) lebih mudah menangkap materi pengajaran yang ditampilkan secara visual, apalagi bila itu melibatkan ruang. Bagi mereka, metode ceramah adalah membosankan dan abstrak. Ceramah yang durasinya di bawah 15 menit masih didengarkan oleh mereka. Namun, lebih dari itu,  mereka akan tidak mengacuhkannya. Aktivitas seperti menempel, menggunting dan kegiatan yang melibatkan siswa-siswi secara kinestetik memang terbukti mempertahankan fokus mereka pada proses penyampaian materi yang diberikan. Metode Desa Miniku adalah salah satu metode yang akan melibatkan siswa-siswi secara kinestetik.

Untuk pemilihan lingkungan yang dijadikan miniatur, yaitu rumah dan sekolah, unsur kedekatan menjadi pertimbangan utama. Siswa-siswi SD GMIT Oeulu adalah warga dusun di dekat sekolah. Mereka tinggal saling bertetangga dan juga dekat dengan sekolah. Oleh karena itu, penyampaian materi yang ruang lingkupnya adalah lingkungan tempat tinggal dan sekolah menjadi relevan karena dekat dengan siswa.

2.2. Latar Belakang Penggunaan Metode

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, pada mata pelajaran kelas 3 semester 1, terdapat standar kompetensi yang menyasar pemahaman siswa-siswi akan lingkungannya. Standar kompetensi ini diterjemahkan sebagai kemampuan siswa-siswi dalam membuat denah serta peta lingkungan rumah dan sekolah masing-masing. Menurut penulis, pembelajaran yang menyangkut standar kompetensi tersebut akan lebih mudah diajarkan kepada siswa-siswi secara konkrit. Salah satu caranya dengan metode Desa Miniku.

2.3. Tujuan Penggunaan Metode

  • Memberikan pemahaman tentang arah mata angin yang langsung dihubungkan dengan lingkungan tempat tinggal siswa-siswi.
  • Menciptakan pemahaman siswa-siswi akan lingkungannya.
  • Menanamkan konsep atau pemahaman dasar pembuatan peta lingkungan.
  • Meningkatkan kreativitas siswa-siswi melalui kegiatan pembuatan miniatur rumahnya masing-masing.

 

      3. Metode

3.1. Alat dan Bahan

Bahan :

  • Kertas origami untuk atap min. 15 x 15 cm (1 lembar/anak)
  • Karton untuk alas rumah ukuran A5 (warna bebas; cth : coklat, hijau, abu-abu)
  • Karton untuk dinding rumah ukuran A4 (warna sebaiknya putih agar bisa dikreasikan)

Bahan tambahan (menyesuaikan dengan lingkungan yang akan dijadikan miniatur) :

  • Lidi untuk miniatur tumpukan kayu bakar atau batang pohon
  • Sedotan untuk batang pohon
  • Kapuk atau kapas untuk dedaunan pohon

Alat :

  • Gunting
  • Cutter
  • Lem
  • Kompas
  • Kapur tulis (untuk pembuatan peta lingkungan desa)

 

3.2. Langkah Pembuatan

IMG_3432  IMG_3438

  1. Setiap siswa menerima bahan-bahan berikut: 1 lembar kertas origami, 1 lembar karton A4, dan 1 lembar karton A5.
  2. Siswa diminta menggunting karton dengan ukuran 5 x 32 cm (untuk dinding rumah).
  3. Untuk dinding miniatur rumah, Siswa diminta melipat karton tersebut menjadi empat bagian sama besar sehingga bisa dibentuk menjadi selimut kubus (kubus tanpa alas dan tutup).
  4. Siswa diminta membuat pintu dan jendela dengan melubangi kecil-kecil dinding miniatur rumah. Dalam membuat lubang-lubang tersebut, siswa akan menggunakan cutter. Guru diharapkan mendampingi para siswa dalam menggunakan alat tersebut.
  5. Siswa kemudian merekatkan dinding miniatur rumah ini di atas karton ukuran A5.
  6. Untuk atap miniatur rumah, siswa diminta menggunting kertas origami dengan ukuran 12 x 12 cm.
  7. Setelah digunting, kertas origami itu dilipat menjadi dua lalu direkatkan di atas dinding miniatur rumah.
  8. Sebagai langkah terakhir, guru membagikan bahan-bahan tambahan (lidi, sedotan, kapas, dsb.) untuk dikreasikan oleh siswa menjadi benda-benda yang mereka temukan di lingkungan rumah mereka, seperti pohon, tumpukan kayu bakar, meja kursi, kandang hewan, dan sebagainya.

   

3.3. Cara Simulasi Desa Miniku

  1. Guru menginstruksikan siswa untuk menuliskan nama masing-masing di miniatur rumah mereka.
  2. Guru meminta seorang siswa untuk menggambar arah mata angin di lantai dengan kapur tulis.IMG_3423
  3. Untuk menciptakan miniatur lingkungan dalam Desa Miniku, siswa diminta menggambarkan penanda-penanda alam dan buatan yang mencolok di lingkungan mereka seperti jalan, laut, bukit/gunung, sekolah, tempat ibadah, dan lain-lain (jika lantai kelas tidak dapat ditulisi dengan kapur, mata angin dan penanda dapat diganti dengan karton atau bahan/alat lainnya).IMG_3421
  4. Setelah lingkungan Desa Miniku tercipta, guru menyuruh setiap siswa secara bergiliran untuk menjadi raksasa sambil menempatkan miniatur rumahnya di lingkungan Desa Miniku. Siswa harus berhati-hati dalam melangkah agar tidak menginjak miniatur rumah milik teman.
  5. Sesudah semua siswa menempatkan miniatur rumahnya, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengembangkan pengetahuan siswa akan lingkungan, seperti Rumah siapakah yang terletak di sebelah barat sekolah?, Ada apa di sebelah utara rumah Si A?, Rumah siapakah yang terletak di sisi timur rumah si B? dan Rumah siapakah yang terletak paling selatan?.

     

      4. Pelajaran yang Didapat

Melalui Desa Miniku, siswa belajar berkreasi sekaligus memahami lingkungan. Dengan visualisasi lingkungan yang terbentuk dari miniatur desa, siswa-siswi dapat lebih mudah untuk diajak memahami pentingnya memelihara lingkungan, cara-cara memeliharanya, dan konsep gotong royong di lingkungan rumah, sekolah, dan desa.
IMG_3436 IMG_3418

Revisions

No comments yet.

Leave a Reply